Kau dan Senyum :)



Bagimu, pertemanan ini memang hanya pertemanan. Tak ada yang bisa ku salahkan untuk itu. Bukan kamu, bukan semesta, dan bukan juga takdir. Yang bisa ku lakukan hanyalah menyalahkan diri sendiri yang terus saja mengingkari hati, bahwa rasa ini bukan sesuatu yang berarti.
Hingga akhirnya aku sadar, kau diam diam sudah menjadi pengaruh besar bagiku, bahkan pengaruh yang terlalu besar untuk orang yang bahkan belum setengah hidupku aku kenal.
Kau menjadi istimewa, kau menjelma menjadi seseorang yang bisa menjungkir balikan mood-ku dalam sekejap. Kau yang bisa membuatku yang sedang dalam suasana hati senang menjadi diam dan menekuk muka dalam satu kedipan saja.
Sederhananya, ketika segurat senyum terlukis di bibirnya aku semakin tersenyum.Namun ketika dia cemberut, apapun suasana hati ku spontan wajahku ini menjadi kusut.
Apakah ini yang namanya nyandu? kamu selalu membuatku khawatir. khawatir ketika kau sedang menyendiri menantap jalanan dari balkon kelas kita. Aku khawatir senyummu tak akan kembali, dan jika kau pergi, bagaimana aku harus menghadapi rasa candu ini?
Aku tak sadar, bahwa sekarang pengaruh mu begitu besar. Ketika sedih, kesal, kecewa dan marah, segurat senyum mu bisa menarik tumbuh senyumku yang terkubur di dalam tanah hati yang gelap kusam. Seperti tadi, diawali dengan ku melihat senyummu itu, UAS geografi pun jadi bagaikan pelajaran menghitung anak tk.
Nona, rasanya mudah sekali kau melengkungkan garis bibirku ke atas, ke bawah. Aku tak ubah layaknya emoticon di handphone mu. Yang begitu leluasa kau kendalikan. Jadi aku mohon, kembali lah tersenyum (untukku dan bersamaku) :)

Komentar