Adios!!



Terselip sebuah doa ketika ku menulis ini, jika kita tidak mungkin bersama, biarkan semuanya kembali seperti sedia dulu kala. Biarakan selubung hangat persahabatan kembali menyelubungi kehidupan.

Dari awal aku tau, aku tau jika ini hanya sebuah rasa yang sia-sia, rasa yang tak berbalas, tapi semua bagiku tak masalah, mungkin ini yang namanya cinta terkadang tak harus memiliki. Kenyataan yang mungkin sudah Tuhan tuliskan. Dimana kita atau mungkin hanya aku yang merasa tak bisa memilikimu.
Serapih apapun kita menyimpan suatu masalah, pasti akan ada yang mengetahuinya, ya situasi itu lah yang terjadi pada kita, atau tepatnya pada diriku. Situasi ketika mungkin mencintai mu menyanyangmu dan menyukai mu adalah sesuatu yang dianggap salah, atau rasa salah itu hanya untuk diriku, aku tak tau.
Belakangan situasi meruncing, ketika kenyamanan kita mulai terusik, perasaanku bukan hanya jadi ceritaku, tapi menjadi cerita mereka, dan seperti yang sudah ku duga, jarak itu semakin hari kian bertambah, hingga mungkin kau tak tahan, aku pun sama.
Mungkin kau tak tahan dengan kenyamanan mu yang terganggu, rasa canggung yang membekukan kita, rasa canggung yang membatasi ruang gerak kita, tapi belakangan setauku rasa sialan itu sudah mulai teratasi. Berbeda dengan kau nona, yang membuat ku tahan yaitu rasa yang ada di hati ini, sebuah rasa yang sedari dulu aku tau akan menyisakan bekas, bekas yang tak mungkin bisa dengan cepat.
Bekas yang entah kapan akan mulai menampakan diri, ketika si perasaan itu sendiri masih ada dan sangat kuat mengendap tak terbatas. sampai akhirnya perasaan ini meledak, yah mungkin tak seperti skenario di otakku. tapi akhirnya meledak.
Aku tau kau orang yang baik, kau bilang aku datang di waktu yang salah, entah itu benar atau hanya sebuah kudapan basa-basi biasa guna memperhalus penolakan mu.
Aku tak peduli, sekalipun itu hanya basa-basi sialan atau penolakan halus mu, aku tak mau tau, cukup aku beranggapan bahwa itu benar, aku bisa sedikit merasa bahagia. Mungkin perrsahabatan adalah muara terakhir yang harus aku terima dan kupaksakan untuk menampung semua perasaan ini.
Bagiku beruntung buat yang bisa menjadi pendampingmu. Aku juga mungkin harus merasa beruntung, beruntung bisa Tuhan beri kesempatan untuk mencintai mu, meski itu hanya searah, aku tak peduli
Mungkin karena aku kurang pantas menerima semuanya, tapi biarkan doaku mendampingimu diam-diam, sebuah permohonan ku kepada Tuhan agar kau selau dijagaNya, agar kau bahagia, entah dengan dia, dengan ku, atau dengan siapa pun itu. Untuk sekarang mungkin bahagiamu pun cukup untuk ku.
Aku percaya bahwa hidup kita ini sudah Tuhan atur. Kita tinggal melangkah, sebingung dan sesakit apapun jalan yang kita ambil, semua sudah Tuhan siapkan. Kita tinggal merasakanya saja.
Dan seperti saran mu nona, aku akan mencobanya , mencoba membuang semua rasa ini, entah aku bisa atau tidak, tapi yang kutau, semua ini pasti akan meninggalkan bekas.
Hatiku mungkin memilihmu, tapi hatimu tidak. Tetapi hati terkadang bisa bertumbuh dan bertahan dengan pilihan lain. kadang, begitu juga kita harus merasa cukup.
Mungkin ini yang terkahir.
Mungkin sudah saatnya, akhir dari semua khayalan dan harapan tentang mu nona.
Maaf untuk selubung persahabatan yang tak sengaja ku robek, tak sengaja ku robek ketika aku dengan kalap mencoba menancapkan panah dewi cinta padamu, semoga dengan seiringnya waktu berjalan, selubung hangat itu bisa kembali terjait rapih, melindungi kita dari dinginya jarak sialan ini.
Adios!! :)

Komentar