Selubung hangat persahabatan
Ketika hal sialan seperti ini sedang terjadi, rasanya tak ada hal ain yang
lebih diinginkan selain menulis dan mengarang, suatu kebiasaan lama yang mulai
kembali kutekuni, dan belakangan malah menjadi salah satu cara yang paling
ampuh untuk menjadi penghiburan, cara dimana kita bisa membuat kehidupan kita
sendiri sesuai dengan yang kita inginkan, kehidupan yang kita anggap paling
ideal untuk diri kita.
Dan bagiku, menulis dan mengarang adalah satu-satunya cara terbaik sebagai
penawar dan penghiburan dari semua perasaan yang semakin mendingin diantara
kita.
Situasi sialan ini semakin lama semakin membunuh, kau bukan lagi hanya
menjaga jarak, tapi belakangan kau malah semakin menjauh, malah sering
menganggap ku hanya sebagai pajangan dinding yang usang dan sama sekali menarik
untuk dilihat.
Entah apa salah ku sampai kau buat begini, apa karena sahabat-sahabat kita
mengetahui perasaanku yang sebenarnya padamu? dan kau malu? apa kau marah
karena aku memiliki perasaan ini padamu? ayolah itu semua bukan salah ku, bukan
keinginanku agar mereka tau.
Atau semua ini karena aku menyukaimu nona? jika memang begitu aku ikut
menyesal, ini semua bukan kehendak ku, aku sendiri pun tak mengerti, kenapa
bisa begitu.
Aku tau kau sudah memiliki kekasih, tapi apa harus sampai seperti ini,
menjauh hingga kau harus menganggap ku tak ada?
Jika boleh memilih, sebenarnya aku lebih memilih untuk meninggalkan rasa
ini, sebuah rasa kasih, kasih yang tak sampai.
Aku bukanya tak berani untuk mengungkapkan ini padamu, tapi bagaimana bisa
ku ungkapkan jika kau terus menjaga jarak, dan sekarang ketika kau menjauh, apa
kau pikir aku masih memiliki kesempatan, bahkan hanya untuk mengungkapkan
perasaan?
Tapi sepertinya semesta sedang senang melihatku bersusah, dibiarkanya
perasaanku ini terkatung-katung tak jelas, dibiarkanya dinding pembatas
sedingin es ini hadir diantara kita.
Aku lelah mengejar sesutu yang sepertnya tak mungkin untuk dikejar, sesuatu
yang jaraknya tak bisa ku reduksi.
Sebenarnya, sekarang pengharapanku tentang mu tak muluk-muluk lagi, tak
semuluk ketika perasaan ini masih baru, tapi satu yang pasti, perasaanku belum
berubah.
Tapi belakangan aku hampir tak peduli jika aku harus mengurung perasaan ini
selamanya, menyimpanya dalam hati biar pun mungkin perasaan ini mungkin
membunuhku, aku tak takut.
Yang lebih ku takuti adalah ketika kasih searahku tak sampai, ditambah
harus kehilangan mu sebagai teman, karena semakin lama kau semakin menjauh...ya
itu jauh lebih menakutiku dari perasaan yang mungkin perlahan-lahan bisa
membunuhku.
Dan jika memang Tuhan menyiratkan bahwa aku tak mungkin bisa bersamamu
sebagai sepasang kekasih. Setidaknya, biarkanlah situasi sialan ini kembali
mencair dan menghangat seperti semula.
Situasi dimana aku masih menganggap mu sebagai teman biasa mungkin sekarang
yang paling kurindukan.
Siutasi dimana hanya ada selubung hangat persahabatan di sekeliling kita,
bukanya jarak yang semakin menganga dan batas jarak yang sedingin es seperti
yang sedang terjadi saat ini.
Komentar
Posting Komentar