Jarak (sialan)
Aku tengah terdiam dalam keramaian, namun suara-suara keramaian itu lama
kelamaan menjadi aneh dan menjadi terdengar asing, aku bingung. Beberapa kali
aku hampir saja menyatu terleburkan oleh keramaian itu, keramaian yang sekarang
tak lagi kupahami, keramaian yang terasa asing dan tak lagi kumengerti.
Sepiring rasa dan semangkuk hangat harapan menjadi jamuan yang tak lagi
dapat aku nikmati. Terlalu sering hingga keduanya terasa hambar. Ingin
kumuntahkan segala rasa resah dan gelisah sialan ini, namun kemana?
Yang kumau hanya satu, kamu.
Aku tak menginginkan jawaban, yang kuinginkan adalah sebuah senyum
terhangat. Biarkan aku menikmatinya bersama disisimu.
Tahukah kau kala matahari menghilang, digantikan sepotong malam, saat resah
benar benar mengusik. Sesuatu yang kita sebut galau. Aku kian tenggelam dalam
cinta yang hanya sendiri ini.
Aku bisa tetap berdiri meski sakit dan pedih membawaku terpuruk ke jurang
yang paling dalam, atau aku memilih pergi berlari ke ujung matahari, berharap
semua rasa tentangmu ini hilang. Tapi inilah hidup, pilihan yang di berikan
terkadang bagai pedang bermata dua.
Kutahu hatimu sedang tak berada di dadamu. Masih bersama seseorang yang kau
cintai, dan itu bukan aku. aku terdiam.
Ketika aku akan memilih diam. Mengunci rapat-rapat mulutku. Menikmati
sendiri bahwa aku mencintaimu. Semesta seperti tak merelakanya, dia
menyebarkanya, tak tau itu membunuhku perlahan.
Kau
yang kuinginkan, dan kumau untuk bisa bersama. Tapi jarak yang semesta beri
nampaknya diluar jarak kemampuanku, jarak yang hampir tak mungkin untuk
diperpendek, bahkan dengan semua kecepatan yang disediakan semesta. jarak
antara “aku cinta kamu, dan kamu cinta dia”
Komentar
Posting Komentar