Rumah. Pulang. Kuningan.




Gimana libur semesteranya? Udah pada libur kan ya? Belum? Samaaaaa T.T
Gue rasa, libur semester adalah sesuatu yang sangat berharga bagi kita para perantau pendidikan ini, karena gue yakin buat balik ke kampong kota halaman itu adalah suatu momen yang sangat langka. Kalau menurut gue ada beberapa hal yang membuat kita sebagai “perantau” menyebut pulang itu sebagai sesuatu hal yang langka, persoalan yang paling klise ya apa lagi selain waktu, beberapa perantau kelas mahasiswa mengalami sulit untuk pulang karena entah waktu dia buat pulang “terganggu” dengan urusan akademik di dunia perkuliahan seperti dosen yang seenak jidatnya dia ngerubah-rubah jadual kuliah, atau karena pas waktu libur kita kehalang sama acara-acara yang emang ga bisa buat di tinggalin, ga semudah dia ninggalin gue pas lagi suka-sukanya dulu #skip
Selain masalah waktu, alasan klise lainya adalah masalah finansial, setelah beberapa waktu lalu harga BBM naek, ongkos buat pulang juga ikut merangkak naek, dan buat gue itu bener-bener bagai nahan podol dari sumedang ke kuningan, yah ngeselin. Tapi tenang, postingan gue kali ini ga akan ngebahas soal gimana keselnya gue sama kenaikan harga BBM, apalagi ngebahas gimana gue nahan podol, engga.
Gue mau cerita tentang tempat yang gue sebut rumah, tempat dimana banyak kejadian penuh keajaibanPret dan tempat penuh kenangan yang selalu membuat gue rindu, sebuah kota kecil di penghujung jawa barat, sebuah tempat yang terasa ramah bahkan bagi setiap pendatang yang baru pertama menginjakan kaki ke kota ini, ya kota yang dengan bangga gue sebut sebagai kampung kota halaman gue, Kuningan.

Sebagai kuninganans (orang amerika disebut American dengan nambahin imbuhan –an setelah amerikanya, dengan teori ini maka gue nyebut orang kuningan sebagai kuninganans) memang ga ada yang bisa dibanggain dari kota kecil ini kalau kita liat dari aspek inspratukturnya jika dibandingin sama kota kota besar di Indonesia, tapi gue ga masalah, bahkan dengan banyaknya fakta yang menguap ke permukaan tentang populasi alien (kumpulan cabe-cabean dan terong-terongan yang so punya swag dan sering mangkal di taman kota atau jembatan-jembatan setiap sore) yang yang sangat banyak di kota ini, gue tetap mencintai kota ini dengan segala kekuranganya secara tulus dan tanpa menuntut balas, sama seperti gue ketika dulu mencintai dia dengan segala kekuranganya, dan tentu juga ga berbalas......sampai sekarang #skip
Kuningan... yah mau gimana lagi, kota ini adalah tempat dimana gue tumbuh, berbagai hal pertama gue terjadi disini. Bagian bumi pertama yang gue liat adalah kuningan. Tangisan pertama yang gue alamin pertama terjadi di kuningan. Cinta pertama yang gue temuin juga ada disini. Bahkan podol pertama gue juga disini, dan ini yang membuat gue merasa semaik memiliki ikatan yang sangat kuat dengan kuningan.
Gue selalu meyakini ketika pertama kali boker, mamah gue pasti ngebuang popok gue ke sungai belakang rumah, dan gue meyakini ketika popok gue dibuang kesungai, boker gue mengalami sinkretiseme dengan air sungai dan menyebar ke semua penjuru kuningan, dan mengingat ini selalu membawa kebahagian buat gue karena sekeras apapun kalian mengolok-olok kuningan yang ga memiliki bioskop, gue selalu menemukan kebahagian bahwa gue telah menyatu dengan kota ini, sebgaian diri gue tertanam di sungai-sungai yang mengalir di kota ini, and somehow setiap mengingat ini gue selalu tersenyum bangga B)

Komentar