~



Malam kemarin adalah malam puncak dari semua rasa ‘rindu’ tak berdasar ini. Perasaan rindu ini sangat aneh, perasaan ini ada bahkan ketika kita tak pernah benar-benar bersama, terdengar sangat ironis dan konyol memang, apalagi ketika membayangkan kita dulu, membayangkan seberapa dekatnya kata aku dan kamu bisa benar-benar menjadi kita.
Meski tak pernah benar-benar bersama, tapi pertemuan itu begitu membekas, setiap mengingat seberapa dekatnya jarak aku dan kamu dulu, selau seperti ada aliran listrik yang menggelenyar di setiap bagian inci tubuh ini, gelenyar aneh yang sama seperti ketika pertama kali menyentuh bibirmu, gelenyar penuh adrenalin yang terasa begitu manis, begitu candu.
Rasa rindu ini kadang membawa ku untuk mengutuki diri sendiri, mengutuki betapa bodohnya saat semua tanda yang mungkin memang dia berikan untuk bertujuan mebuat ‘kita’ menjadi nyata. Bisa kubayangkan betapa banyaknya laki-laki yang rela kencing sambil kayang hanya untuk mendapatkan sebagian kecil dari apa yang ku dapatkan darinya dulu. Jarak yang dulu ada dan jarak yang sekarang ada bahkan bisa dibuat menjadi perbandingan-antara langit dan bumi-yang baru.
Mungkin tidak berlebihan berbicara seperti itu, ketika banyak orang yang mengira bahwa ‘kita’ ini memang benar-benar ada, dan begitu mencelosnya ketika mereka menanyakanya secara langsung, berharap akan mendapatkan jawaban yang pasti, tapi demi Tuhan setiap pertanyaan macam itu ditanyakan semakin sering aku mengutuki diriku sendiri.
Dia begitu sempurna, dan mempesona. Dia begitu cantik, Tuhan seperti sangat detail ketika menciptakanya, Dia membuatnya hampir tanpa cela dan cacat, begitu sempurna, sangat sempurna untuk disebut Mahakarya Tuhan.

Komentar