"Demi"

Bulan dengan egois berganti sesuka hati.

Kita yang katanya orang-orang terpilih memeras batin dan pikiran
mencari jalan untuk labirin yang sama.

Beberapa orang memilih untuk tidak terpilih.
"bodoh!"
Itu yang awalnya kita para terpilih katakan,
Tapi saat purnama ke 4
Sebagian dari kita sadar,
Apa yang kita katai bodoh ternyata tidak terlihat terlalu bodoh
Kebodohan mereka menjadi kebahagian mereka.

Beberapa dari kita menyadari
Satu-satunya cara untuk bebas adalah dengan mengakhirinya hingga akhir
Tapi sebuah pikiran baru muncul
Relakah kita dengan hanya mengakhirnya?
dan beberapa terpilih menjawab, "Akhiri dengan gegap, akhiri dengan gempita"

Kita tidak terlalu rela jika semua pengorbanan, ya kita semua melakukan pengorbanan kita, berakhir dengan biasa-biasa saja.


Indah memang rencana kita
Tapi tidak semua memiliki itu
Beberapa mengambil jalan pintas, mengakhirinya sekarang
Tanpa risau dengan sumpah yang mereka katakan, dan mungkin tanpa iba meninggalkan sahabat yang lain.

Ini bukan sebuah puisi keluh kesah, bukan juga puisi, hanya barisan kata

Semesta mengamini, setiap barisan kata memiliki makna yang berbeda
Terlepas siapa yang membacanya
Tapi satu kenyataan di barisan kata ini,
kita semua ingin ini berakhir, meski kita tau, setengah jalan pun kita belum sampai

Kadang sebuah keluh bukan berati tanda kita akan pergi
sebuah keluh bisa juga berati kalimat motivasi
dan hampir kita semua berpikir Sebuah kalimat yang sama.
Di purnama ke 4 ini semua menhamini ingin cepat menikmati "menjadi demisioner"

Syaelendra, Warung Kopi uce, terminal ledeng.
19 oktober 2016

Komentar