Ironic (?)
“Mana mungkin selimut
tetangga, hangat di tubuhku dalam kedinginan”
Selamat
malam, kembali bersama saya seorang blogger semi amatir yang sedang shock
dengan dunia perkuliahan yang sedang gue alamin sekarang. Setelah
bertahun-tahun dicekoki oleh manisnya sugesti racun dari oknum jahat yang
bernama ftv, akhirnya gue menyadari kuliah ga semanis apa yang digambarin ftv.
Buat kalian yang gatau, potongan lirik di atas di ambil dari lagunya repvblik
yang terbaru, selimut tetangga. Sedikit ambigu emang, tapi gue pastiin potongan
lirik diatas ga ada hubunganya sama apa yang akan gue tulis dibawah ini, dan
jangan Tanya gue kenapa repvblik huruf ‘u’-nya pake huruf ‘v’.
Bahasan kali
ini tetep ga akan jauh-jauh dari cinta, atau apa yang anak-anak remaja dewasa
jaman sekarang yakini sebagai cinta. Kalian pernah ga si ngalamin cinta
bertepuk sebelah tangan, eh mungkin ke ‘tinggian’ kalau gue pake kata cinta,
gue ulang: Pernah ga si kalian ngalamin suatu kondisi dimana perasaan kalian
kepada seseorang ga berbalas sama dengan apa yang kalian rasain ke dia, kalo
pernah berati kita sama. Dan maaf sebelumnya, gue mau buat kesepakatan, gue
sedikit ga nyaman buat nyebut ehmcintaehm, jadi kedepanya kita sebut
kalian-tahu-apa aja ya? Sip.
Kalian-tahu-apa
kadang sering datang pada orang yang ga tepat, ya pernyataan itu emang udah ga
perlu gue kasih contoh lagi, udah banyak kejadian yang terjadi di sekitar lu,
atau mungkin lu sendiri juga tanpa ga sadar sedang ngalamin ini?
Beberapa contoh kalian-tahu-apa
yang datang ke orang yang salah adalah ketika kalian sebegitu menginginkan dia
tapi dia malah mengacuhkan kalian, lebih parah lagi dia malah menghancurkan
kalian, kalian tau mungkin maksudnya gimana.
Okey maksud gue nulis tulisan
ini bukan karena gue lagi ngalamin kalian-tahu-apa yang salah, tapi gue emang sering
pernah ngalamin hal tai kaya gini, dan sekarang, ketika pikiran gue lagi
jernih, lagi bersih soal masalah seperti ini gue coba pikirin lagi dari sudut
yang lebih keilmuan (entah berhasil gue bahas secara keilmuan atau engga gue
juga gatau) dan fakta yang gue temukan di pemikiran gue kali ini berujung ke
sebuah kata, ironis.
kalian-tahu-apa
emang kadang ironis,
ketika ada cowo yang nyia-nyiain perasaan cewe sampe bikin si cewe nangis sedemikan
rupa, padahal diluar sana mungkin ada cowo yang rela buat kayang di tengah
lapang pas tengah hari bolong sambil nyanyi terajana
Cuma buat sekedar dapet perhatian si cewe, sedangkan cowo yang dengan senang
hati si cewe kasih perhatianya malah nyia-nyiain kesempatan(perasaan) itu, ironis.
Sebagai cowo yang pernah ngalamin kondisi
rela-buat-kayang-di-tengah-lapang-pas-tengah-hari-bolong-sambil-nyanyi-terajana-Cuma-buat-sekedar-dapet-perhatianya
gue ngerasa cowo ini tolol, mungkin kalau ada kata yang lebih hina dari tolol
bakal gue gunain, sayangnya gue gatau.
Tapi kalau dipikir-pikir, setelah gue mengalami periode merenung yang
cukup dalam, mungkin emang begini sistem kehidupan kita, mungkin begini sistem
semesta untuk membuat kita sadar, sadar akan betapa berharganya perasaan
seseorang, kita dibuat ngerasain apa yang ‘korban’ kita rasakan supaya kita
sadar gimana sakitnya digituin, dan mungkin dengan sistem semesta yang kasar
dan ga berprikemanusian ini semua pihak bisa memperbaiki diri, atau jika
beruntung, kita ga hanya bisa memperbaiki diri, buat beberapa yang cukup
pantang menyerah dengan masalah seperti ini mungkin punya kesempatan untuk
meniru apa yang menjadi definisi sempurna, hingga akhirnya mereka...kita merasa
cukup ‘sempurna’ untuk bertemu ‘sang sempurna’ kita sendiri, dan menjalani
kisah sempurna kita sendiri dengan dia, si ‘sempurna’. Dan entah gue berapa
kali nyebutin kata sempurna, satu yang pasti, gue ga lagi promosi rokok
‘sempurna’. *itu sampurna goblok, bukan sempurna* oh iya, maaf.
Komentar
Posting Komentar