Galau



Udah lama banget sejak terakhir kali gue nulis buat blog gue ini, dan ya, rasanya canggung pas gue mau nyoba nulis lagi, rasanya kaya ketemu mantan gebetan yang udah lama banget ga ketemu, gebetan yang dulunya kita gilai banget, yang dulu kita rela lakuin apa aja Cuma buat sekedar duduk berdua sambil ngorol hal-hal lucu, tapi sekarang ga gitu, yah kira-kira secanggung itu lah.
                Mungkin judul postingan kali ini bisa dibilang sangat tabu buat kalangan remaja muda dan remaja dewasa jaman sekarang, ya galau. Tapi biarpun judulnya galau, poatingan gue kali ini gue pastiin ga akan banyak mengandung partikel galau tersebut.
                Seperti yang kita tau, dulu kata galau itu sebenernya untuk menunjukan atau merepresentasikan kondisi dimana kita bingung dalam hal pengambilan suatu keputusan, tapi seiring berjalanya waktu dan sinetron Tukang Bubur Naik Haji, kata galau ini perlahan namun galau mengalami sebuah pergeseran arti menuju hal yang lebih luas dan lebih kompleks.
Seiring pergeseran maknanya, kata galau ini juga mengalami peningkatan popularitas yang sangat signifikan, bahkan jauh lebih signifikan dari ratingnya acara YEKAES yang menurut gue gada benefitnya dalam hal masa depan kita.
Sekarang kata galau lebih dikenal dengan kondisi cinta cintaan, atau kegelisahan yang mengusik si pelaku dalam hal asmara -_- deskripsi jijiknya gitu lah, intinya kata galau yang dulu udah ga sama dengan yang sekarang *nyalain lagunya tegar*
Galau sendiri ada beberapa level menurut gue, yang pertama galau yang paling enak, galau yang ga beresiko terlalu besar, galau karena ehmcintaehm.
Semua orang pasti pernah ngerasain ini, entah dia dari jaman ini atau jaman dulu, entah gendut atau kurus, entah bertitit atau engga, semuanya pasti pernah, termasuk gue. Dan biasanya galau tipe ini adalah galau pertama yang dialamin oleh para remaja muda pas mereka baru naik level dari fase anak-anak.
Bagi para newbie ini *red: remaja muda. Rasa galau adalah sebuah kondisi yang benar-benar menyiksa mereka, ketika mereka galau karena cinta-cintaan, mereka biasanya merasa bahwa mereka adalah pusat dari semesta dan karena mereka galau, mereka pikir seluruh semesta juga ikutan galau, padahal engga.
Fenomena ini di buktikan ketika mereka masih baru kenal sama yang namanya galau, mereka bakal terlihat lunglai, lemas kaya yang kurang darah, dan mukanya mirip bangkong zuma atau kalau cewe, mata mereka bakalan sembab kaya suketi yang abis ditusuk pake paku kepalanya. Dan biasanya hal yang mereka lakuin buat keluar dari fase ini hampir bener-bener useless dan aneh banget.
Ada beberapa diantara mereka yang galau karena cintanya ga terbalas sang pujaan hati, mereka tebar kode di setiap socmed yang dia punya, ada yang galau karena baru putus dan dia mulai mem posting kata-kata-bijak-paska-putus, dan yang paling aneh dari semuanya, ada yang melampiaskan kegalauanya dengan nangis sambil ngeliatin socmed si pembuat galaunya.
See? Para remaja newbie ini berpikir galau di fase ini adalah galau yang paling bengis dan menakutkan dari semua galau yang ada di dunia ini, itu keliatan dari bagaimana cara mereka mengatasinya. Tapi kalau kita tilik jauh lebih kedepan, galau tentang cinta-cintaan ini ga ada apa-apanya, bahkan ga ada tai-tainya dbandingin galau tingkat selanjutnya kalau kata @adelladellaide, galau tingkat selanjutnya yaitu galau yang diakibatkan oleh hal seperti; kuliah, tugas, urusan organisasi, tanggung jawab dan hal-hal tai lainya.
Dan ya, gue baru sampe di level ini, baru aja tepatnya. Dari yang udah gue rasain, galau di level ini jauh, dan emang bener ga ada tai-tainya di banding level yang sebelumnya. Di level ini, cara yang kalian lakuin mungkin bisa dibilang jauh lebih ‘terhormat’ di banding cara yang kita lakuin di level sebelumnya, kalau gue, cara yang gue lakuin di level ini ya ini, bikin tulisan-tulisan ga jelas kaya gini, dan kalau lagi parah-parahnya tingkat galau yang di derita, cara yang dilakuin bisa dibilang cara yang paling bener, jauh lebih mendekatkan diri sama Yang Maha kuasa.
                Di level yang baru gue capai ini, ibarat kata level di game Battlefield, level sebelumnya itu Cuma easy, dan yang sekarang itu veteran. Dulu di level sebelumnya mungkin kita bisa berdoa se khusyuk mungkin buat bisa lepas dari galau level pertama, tapi setelah sampe di level ini, to be honest gue kangen kondisi di level sebelumnya, yang gue kangeinin itu efek berbunga-bunga sebelumnya, dan fakta bahwa resiko yang di sertakan di level sebelumnya jauh lebih sangat menyenangkan dibanding resiko di level yang gue hadapi saat ini.
                Di level ini kalian mungkin bakal mengetahui orang macam apa kalian sebenarnya, seengganya ini yang gue rasain, disini gue jadi tahu diri gue yang sebenarnya, sifat yang paling gue kritik dan gue anggap miring ternyata perlahan-lahan mulai terlihat di diri gue, and thats make me try to find out how to deal with it, selain itu hal yang tadinya gue anggap sebagai talent terbesar gue ternyata ga ada apa-apanya di banding yang lain.
                Ya gue sadar mungkin gue hanya terlalu kaget dengan keadaan di level ini, tapi yang gue rasain si gitu, udah ga keitung berapa kali gue pengen cari kode buat segera nyelesain level ini, tapi di level ini juga gue sadar, hal-hal semacam jalan pintas itu emang asik tapi apa kesanya? Setelah kalian ‘sengsara’ apa kalian ga ngerasa rugi semua usaha di kesengsaraan kalian jadi ga berati gara-gara kalian pake cheat itu?
                Di level ini juga gue jadi tau bahwa orang yang hypocrite (gue gatau bener atau engga gitu nulisnya) kaya yang di gambarin sinetron-sinteron itu beneran ada. Dan di level ini gue jadi tau apa arti dari temen buat usia seperti kita.
                Kadang ada suatu kondisi di level ini yang rasanya bener-bener bikin gue stress, yang kadang-kadang gue mikir berapa lama sampe gue jadi gila karena tekanan-tekanan yang ada di level ini. Udah ga keitung berapa kali gue ‘kalah’ di level ini dan udah ga keitung juga berapa kali gue ‘pencet tombol retry’ di level ini.
                Dan yang salah satu yang selalu jadi ‘koin penyelamat’ gue buat kembali ‘mencet retry’ dan bukanya mencet menu terus exit di level ini adalah ingat kalau semua pencapaian gue di level ini gakan pernah berhasil se ujung kuku pun kalau bukan karena izin Tuhan dan usaha orang tua kita.
                Hal yang bener-bener berhasil ketika gue ‘kalah’ adalah mengulang-ngulang dalam otak kgue kalimat “kalau gue disini berhasil, mereka bakal bangga, dan bahagia, kalem semua pasti kelaluin”
Selain gimana caranya nahan rasa lapar dan nyepikin temen biar di kasih makan, hal paling positif yang gue pelajari di level ini adalah ga peduli seberapa sering kalian kalah di ‘game’ yang kalian maenin, akan selalu ada tombol retry yang setia menunggu kalian untuk kembali bangkit dan mencoba untuk namatin level itu. Yang kalian butuhkan Cuma satu, keberanian untuk memilih opsi retry di banding dengan opsi ‘main menu’ kemudian ‘exit game’.
Well, mungkin partikel galaunya sedikit terlalu banyak, tapi seengganya problem gue sedikit lebih terangkat setelah gue tumpahin semua disini, dan rasa canggung yang gue bilang di awal tadi sekarang udah ga terlalu kerasa, sama kaya rasa canggung yang perlahan ilang ketika akhirnya kita bisa ngobrol sambil ketawa bareng sama gebetan kita #tsaaaaah

Komentar